Petuah “The King Cobra” dan Kebijakan PSSI Menurunkan Wasit FIFA di PON Papua

Senin, 11 Oktober 2021 20:28 WIB

Share
Wasit FIFA Thoriq Alkatiri menjadi salah satu wasit yang bertugas di arena PON XX Papua 2021. (Foto: Ist.)
Wasit FIFA Thoriq Alkatiri menjadi salah satu wasit yang bertugas di arena PON XX Papua 2021. (Foto: Ist.)

Oleh AGUSTINUS LIWULANGA

KEBIJAKAN PSSI menugaskan tiga wasit dan tiga asisten wasit berlisensi FIFA di PON XX Papua, mendapat perhatian khusus dan apresiasi masyarakat Indonesia. Sebab, ini adalah pertama kali PSSI menurunkan wasit FIFA di ajang PON sejak 1948 di Solo. Kebijakan ini adalah instruksi langsung Ketua Umum PSSI Komjen Pol (Pur) Mochamad Iriawan melalui Komite Wasit.

Bahkan, Iwan Bule  bersama Wakil Ketua Umum Iwan Budianto dan Sekjen PSSI Yunus Nusi sudah berada di PON XX Papua, sejak hari pertama untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Hal itu, sekaligus memberikan dukungan langsung di lapangan kepada Asosiasi Provinsi (Asprov) Papua dan 33 Asprov seluruh Indonesia.

Menurut Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan, 34 Asprov adalah jantung kegiatan PSSI dalam membangun prestasi persepakbolaan nasional. Bagi PSSI, PON adalah bagian penting dari rangkaian proses pembinaan sekaligus perekrutan pemain-pemain potensial dari seluruh tanah air. Dari ajang PON selalu bermunculan pemain-pemain berbakat yang kemudian menjadi pilar Timnas.

Ikon Persipura, Boas Salosa adalah salah-satu contoh bintang jebolan PON. Oleh sebab itu, sejak awal jajaran PSSI memberikan perhatian serius terhadap pelaksanaan perhelatan cabang sepakbola di PON XX Papua. Termasuk kebijakan menurunkan wasit berlisensi FIFA untuk menjaga, memberikan teladan, sekaligus mendorong peningkatan kualitas pertandingan.

Bertugasnya wasit FIFA di PON Papua 2021, memang menjadi pembeda. Pantas jika mendapat apresiasi tinggi masyarakat sepakbola di seluruh Indonesia. Kita semua mengerti bahwa korps wasit adalah kunci terpenting terciptanya pertandingan yg berkualitas. Patut kita renungkan kembali petuah wasit legendaris Indonesia asal Sukabumi, Kosasih “The King Cobra” Kartadiredja, “Sebagai pemimpin pertandingan wasit tidak boleh ragu mengeluarkan kartu kuning atau merah”.

Kosasih (wasit Indonesia pertama berlisensi FIFA sejak 1972) yang mendapat julukan King Cobra dari koran ternama Singapura, The Straits Times (karena kemampuannya meliuk-liuk mengikuti pergerakan bola di lapangan). Ia  juga menegaskan wasit tidak boleh gentar menghadapi tekanan apapun. Termasuk segala bentuk tekanan yang terkait dgn hal-hal yang sifatnya negatif.

Ketiga wasit FIFA yang bertugas di PON XX Papua: yaitu Thoriq Alkatiri, Dwi Purba, Fariq Hitaba bersama tiga asisten wasit FIFA yakni Nurhadi, I Gede Selamat Raharja, dan Bambang Syamsudar, menjalankan tugasnya dengn baik.

Sejarah sepakbola dunia memberi tahu kita dgn jelas bahwa kualitas sepakbola global berkembang seperti yang kita saksikan hari ini, karena sumbangsih korps wasit. Antara lain, penerapan kartu kuning dan merah sejak Piala Dunia Meksiko 1970 atas usulan wasit Inggris, Ken Aston. *** 

* Agus Liwulanga, wartawan senior dan pengamat sepakbola.

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler