Peluang di Singapura dan Pelajaran dari The Miracle of Bern

Kamis, 2 Desember 2021 10:01 WIB

Share
Agustinus Liwulanga, wartawan dan pengamat sepakbola. (Foto: Ist.)
Agustinus Liwulanga, wartawan dan pengamat sepakbola. (Foto: Ist.)

Oleh: AGUSTINUS LIWULANGA

PANDANGAN taktikal Ketua Umum PSSI, Komjen Pol (Purn.) Mochamad Iriawan, terkait kesiapan Tim Nasional (Tmnas) Merah Putih menuju Piala AFF 2021 adalah bagaimana keterpaduan apik aspek teknis melalui kapasitas terbaik pelatih sekelas Shin Tae-yong dan semangat juang pantang menyerah. Keterpaduan yang solid kedua aspek terpenting itu, diharapkan menghasilkan staying power Timnas Garuda.

Karena itu, Iwan Bule tiada henti mengobarkan spirit optimisme, motivasi dan tekad untuk menggapai prestasi terbaik di Piala AFF 2021. Iwan Bule juga setiap saat memastikan kehadiran pemimpin pada situasi apapun, agar 30 pemain terpilih yang mewakili kehormatan dan kebanggaan 272 juta rakyat Indonesia tidak pernah merasa sendirian saat berjuang di negeri orang. Iwan Bule memastikan, setiap saat terus menjaga spirit, kenyamanan dan memenuhi segala kebutuhan para pemain Timnas Garuda. Pola komunikasi efektif selama 24 jam terus disiagakan.

Pada 9 Desember 2021, Timnas Garuda akan mengawali perjuangan menjemput peluang di Piala AFF 2021 menghadapi Kamboja di Grup B. Selanjutnya, bertemu Laos (12/11) sebelum bertempur melawan juara bertahan Vietnam pada 15 Desember. Evan Dimas dan kawan-kawan akan memainkan partai terakhir (di Grup B) versus Malaysia pada 19 Desember.

Diatas kertas, pertandingan menghadapi musuh bebuyutan Malaysia akan menjadi partai hidup mati bagi kedua tim. Baik untuk menentukan juara grup atau runner-up guna lolos ke semifinal. Saya menilai Indonesia, Malaysia maupun Vietnam memiliki peluang yang sama untuk melangkah ke semifinal. Hasil tiga kali ujicoba di Antalya, Turki, melawan Afghanistan (0-1), Myanmar (4-1) dan klub liga primer Turki Antalyaspor (4-0) memperlihatkan grafik peningkatan kualitas permainan tim asuhan Shin Tae-yong.

Kerangka tim yang akan berlaga di Singapura sepertinya bakal  diambil sang pelatih dari formasi pemain saat menang atas Myanmar dan Antalyaspor (The Winning Team). Performa bagus Asnawi Mangkualam cs di Antalya, juga merefleksikan makin membaiknya bioritmik squad Garuda secara keseluruhan. Jika kita berhasil menembus semifinal, akan  berjumpa Thailand, Myanmar, Singapura atau Philippina. Keempat tim kuat di Grup A tersebut memiliki level teknis yang sama dengan Timnas Garuda. Bahkan, Ezra Walian cs baru saja mencukur tim kuat Myanmar (4-1) yang menjadi unggulan kedua setelah Thailand di Grup A.

Saya melihat, perjuangan terberat kita justru ada di fase grup bagaimana melewati hadangan Vietnam dan Malaysia. Pada Piala AFF terakhir (2018), Timnas Indonesia gagal lolos ke semifinal. Karena dalam empat pertandingan di fase grup, Indonesia hanya bisa membukukan satu kemenangan atas Timor Leste (3-1), imbang Philippina (0-0), kalah dari Singapura (0-1) dan Thailand (2-4).

Indonesia sudah 10 kali tampil di Piala AFF sejak 1996. Hasil terbaik adalah lima kali runner-up Piala AFF (2000, 2002, 2004, 2010, 2016). Thailand tercatat sebagai pemegang Piala AFF terbanyak lima kali (1996, 2000, 2002, 2014, 2016). Disusul Singapura empat gelar (1998, 2004, 2007, 2012). Vietnam dua gelar (2008, 2018) dan Malaysia satu (2010).

Pada dasarnya, sepak bola memang memiliki misteri tersendiri. “Sepak bola adalah 22 orang yang mengejar bola di lapangan selama 90 menit. Selebihnya adalah teori”. Itu kata pelatih Timnas Jerman (1950-1964) Joseph “Sepp” Herberger. Sang Der Trainer  mengatakan hal itu menjawab pertanyaan minor wartawan mengenai peluang Jerman (waktu itu Jerman Barat) dalam partai final Piala Dunia Swiss pada 4 Juli 1954 menghadapi The Golden Team Hongaria.

Tempo itu, Hongaria adalah tim terbaik Eropa yg tidak terkalahkan selama lima tahun sejak 1949. Hongaria yang dipenuhi pemain bintang menjadi juara Olimpiade Helsinki 1952. Apalagi, dua pekan sebelumnya dipimpin sang mega bintang Ferenc Puskas, Hongaria juga baru saja membungkam Jerman (8-3) di fase grup. Wajar jika semua orang saat itu sangat menjagokan Hongaria dan meremehkan Jerman.

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler