Jenderal Videla Hingga Misteri Johan Cruyff, Inspirasi Bagi Timnas Indonesia

Senin, 27 Desember 2021 10:22 WIB

Share
Agustinus Liwulanga, wartawan dan pengamat sepakbola. (Foto: Ist.)
Agustinus Liwulanga, wartawan dan pengamat sepakbola. (Foto: Ist.)

OlehAGUSTINUS LIWULANGA

SEBAGAI salah-satu dari tujuh negara pendiri FIFA pada 21 Mei 1904, Prancis harus menapaki jalan panjang untuk bisa tampil di puncak kekuatan sepakbola sejagat, sejak menempati urutan ketiga Piala Dunia Swedia 1958. Setelah perjuangan panjang 40 tahun, Prancis akhirnya bisa menjadi juara dunia 1998. Rakyat Prancis berpesta setelah Zinedine Zidane cs "melumat" juara bertahan Brasil (3-0) dalam partai final Piala Dunia 1998.

Tapi rumors, bahkan spekulasi, kemudian beredar liar. Bahwa Presiden Prancis saat itu, Jacques Chirac, telah melakukan "kesepakatan khusus" dengan Presiden Brasil Fernando Henrique Cardoso, terkait penyelesaian utang antar negara. Koran terbitan London, Financial Times, waktu itu memperkirakan utang Brasil ke Prancis mencapai US$ 600 miliar dan sudah jatuh tempo.

Tapi seperti halnya rumors, spekulasi ini menguap ditiup angin bersamaan bergulirnya waktu. Pada 20 Juli 1966, FIFA secara resmi mengumumkan terpilihnya Argentina menjadi tuan rumah Piala Dunia 1978. Pada 29 Maret 1976, Jenderal Jorge Rafael Videla Redondo mengambil alih kekuasaan di Argentina lewat kudeta militer.

Untuk menarik simpati rakyatnya, Jenderal Videla "bersumpah" akan membawa Argentina menjadi juara Piala Dunia1978, apapun caranya. Ditengah keterpurukan ekonomi, Videla mengalokasikan 10% anggaran negara untuk perhelatan Piala Dunia 1978.

Berbagai rumors dan spekulasi bermunculan. Unit-unit kekuatan inteligen negara dicurigai melakukan banyak "pekerjaan" senyap. Spekulasi ini pula yg kemudian dikaitkan dengan misteri mengapa mega bintang Timnas Belanda Johan Cruyff "harus" mengundurkan diri hanya delapan bulan jelang Piala Dunia 1978.

Dalam beberapa kesempatan wawancara, Cruyff yang tempo itu bermain untuk Barcelona, mengakui dia memang sempat disatroni perampok bersenjata di apartemennya. Orang-orang bersenjata itu tanpa alasan yang jelas menyekap dan mengancam akan membunuh Cruyff dan keluarganya.

Tidak lama setelah kejadian menakutkan itu, pada 24 Oktober 1977 Cruyff secara resmi mengumumkan gantung sepatu dari Tim Oranye di usia 30. Dunia terkejut. Karena Cruyff tidak akan tampil di Piala Dunia 1978. Alasan sebenarnya mengapa sang legenda mengundurkan diri dari Timnas Oranye hanya delapan bulan jelang Piala Dunia 1978, tetap menjadi misteri hingga kematiannya pada 24 Maret 2016.

Meskipun pada 2008, dalam satu kesempatan wawancara Cruyff sempat menjelaskan bahwa kasus penyekapan dan ancaman pembunuhan oleh orang-orang bersenjata di apartemennya di Barcelona, menjadi alasan utama. Saat itu, memang diprediksi akan sangat sulit bagi tim manapun untuk mengalahkan The Dream Team Belanda di Piala Dunia 1978 (termasuk tuan rumah Argentina) jika Cruyff masih menjadi kapten Tim Oranye.

Meski tanpa Cruyff, Ruud Krol dan kawan-kawan masih bisa berjaya ke final Piala Dunia 1978 sebelum dikalahkan Mario Kempes cs (3-1). Argentina menjadi juara Piala Dunia 1978 untuk kali pertama.

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler