POSKOTAJABAR, JAKARTA.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siroj, berharap tidak ada perbedaan antara Muhammadiyah dan NU dalam mengawali puasa dan berlebaran tahun ini. Namun, PBNU menghormati keputusan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah yang telah menetapkan awal Ramadhan dan Idul Fitri 1442 H. Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj di Jakarta, Rabu (10/02/2021) malam.
Said Aqil mengatakan, dalam menetapkan awal Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, NU menggunakan dua metode. Pertama, berdasarkan hisab atau hitungan dan disempurnakan dengan rukyatul hilal.
"Artinya, wujudul hilal tidak hanya dalam hitungan di atas kertas, tapi terlihat oleh mata. Sebab itu, NU tidak perlu buru-buru dalam menetapkan awal Ramadhan maupun Idul Fitri," terang Said Aqil. di Jakarta, Rabu malam (10/02/2021). Dia juga
Menurut Said Aqil, kalau hanya berdasarkan hisab, jangankan Ramadhan tahun ini, saratus tahun lagi juga bisa ditentukan. Dalam menetapkan 1 Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal, rujukan NU adalah Hadis Nabi Muhammad, yang berbunyi, "Berpuasalah kamu setelah melihat bulan, dan berhari rayalah kamu setelah bulan."
Sehingga, hisab sebagai pengantar untuk melakukan rukyatul hilal. "Metode dan rujukan ini selama ini juga dijadikan landasan bagi pemerintah dan sebagian besar ormas Islam, dalam menetapkan awal Ramadhan serta Idulfitri," tutur Said Aqil.
Seperti diketahui, PP Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan 1442 H jatuh pada tanggal 13 April 2021 dan Idul Fitri 1442 H jatuh pada tanggal 13 Mei 2021.
Penetapan awal Ramadhan berdasarkan pada hisab hakiki dan wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (johara/tri)